Pages

Kamis, 17 Juni 2010

Rio Si Detektif Cilik

OLEH: Siti Maryam

Pemulung itu aneh, dia tidak seperti pemulung biasanya. Beberapa minggu ini Rio selalu bertemu pemulung itu pada saat pergi les awalnya Rio tidak merasa aneh, tapi makin sering dia bertemu, Rio semakin menyadari kalau pemulung itu tidak seperti pemulung biasanya ada beberapa hal yang janggal.
”Benar Ma, pemulung itu tidak tertarik pada sampah botol atau pun lainnya yang berserakan di jalan dan dia hanya tertarik pada satu tempat sampah yang berada di depan rumah besar di dekat lapangan kosong itu, selalu tempat yang sama dan dia selalu hanya mengambil sebuah bungkusan kecil bukan sampah lainnya,” Rio menjelaskan kecurigaannya pada Mamanya.
Mama Rio tersenyum mendengar cerita anaknya,
”Ah kamu seperti detektif saja, Rio. Jangan terlalu mencurigai orang lain,” kata Mama sambil meniriskan ikan yang barusan digoreng, kemudian ditaruh di atas piring.
”Nah lebih baik kamu bantu Mama taruh piring ini di meja makan,” kata Mama menyerahkan piring ikan goreng.
”Huhh...Mama ini selalu tidak percaya sama Rio,” sungut Rio sambil membawa piring ke meja makan.
Mama hanya tertawa.
***
Esok harinya, hari Sabtu Rio bertekad untuk memastikan kecurigaannya kalau pemulung itu memang hanya tertarik pada satu bak sampah itu saja. Hari ini Rio tidak les, jadi dia bisa memperhatikan pemulung itu lebih seksama. Rio menunggu di dekat bak sampah yang pemulung itu biasa hampiri. Ia berlagak seperti menunggu seseorang agar tidak dicurigai oleh pemulung itu, hari sudah semakin siang sudah hampir jam 2 kurang 15 menit lagi, biasanya Rio berpapasan saat jam segini. Rio sengaja datang lebih awal dari biasanya, ia menunggu dengan sabar, terkadang ia pura-pura melihat jam tangannya dan pura-pura mengecek HP-nya agar terkesan sedang menunggu orang.
Tiba-tiba orang dari rumah besar itu keluar dan membuang sebuah bungkusan kecil, Rio tidak terlalu memperhatikannya, paling hanya membuang sampah biasa, dan ia masih menunggu pemulung itu lewat. Akhirnya pemulung itu terlihat juga, Rio berusaha tidak terlalu memandangi pemulung itu, ia terus berdiri sambil melihat kejauhan dan sambil mencuri-curi pandang. Seperti kecurigaan Rio, pemulung itu tidak tertarik pada bak sampah lain, pemulung itu dengan santai melewati beberapa bak sampah di depan beberapa rumah dan terus berjalan ke arah bak sampah di depan rumah besar itu. Pemulung itu berpas-pasan dengan Rio, tapi pemulung itu tidak memperdulikan Rio dan terus berjalan. Rio tetap mencuri-curi pandang dengan hati-hati agar pemulung itu tidak curiga.
Saat pemulung itu dekat dengan bak sampah itu, Rio berpura-pura menjatuhkan uang sehingga ia bisa berpura-pura menghadap ke pemulung itu sembari memungut uang. Pemulung itu langsung menatap bak sampah itu dan dengan enteng mengambil bungkusan kecil seperti biasanya, hmm...tapi Rio merasa ada yang terlewatkan, hei bungkusan itukan baru saja dibuang oleh penghuni rumah besar itu? Mungkinkah mereka saling terkait? Rio tidak berani bertindak lebih jauh. Dia memutuskan untuk menceritakan pada pamannya yang seorang Polisi. Rio kemudian menunggu pemulung itu lewat sampai menghilang dari pandangan baru ia pulang ke rumah.
***
Rio menunggu sore hari saat pamannya pulang kerja baru meneleponnya, soalnya kalau jam kerja pamannya biasa sangat sibuk.
“Hallo paman? Ini Rio,” sapa Rio.
“Oh Rio, ada apa ini? Tumben kamu telepon paman,” sapa paman Rio yang bernama Susno. Rio kemudian menceritakan pengalamannya, mulai dari pemulung itu sampai bungkusan kecil yang ternyata berasal dari rumah besar itu.
“Hmm...ini menarik sekali, kamu yakin kalau pemulung itu hanya mengambil barang yang dibuang oleh rumah itu?” tanya Paman Susno memastikan.
“Aku baru sekali melihat penghuni rumah itu membuang bungkusan itu, tapi aku yakin kalau itu adalah bungkusan yang sama setiap kali aku melihatnya,” Rio menjelaskan.
“Baiklah, Paman akan memeriksa lebih lanjut. Kamu jangan bertindak lebih jauh, serahkan semua pada kepolisian.“ kata Paman Susno menasehati.
“Baik paman,” kata Rio.
***
Satu minggu berlalu tidak ada berita dari paman Susno, Rio baru saja pulang dari sekolah, perutnya sudah minta diisi. Rio mempercepat langkahnya menuju rumah. Di depan rumah dia melihat ada motor paman Susno dan sebuah mobil dari kepolisian.
“Ada apa nih?” Rio berpikir, dia kemudian masuk ke dalam rumah menemui Mamanya sedang berbincang-bincang dengan paman Susno dan dua orang polisi lainnya.
“Nah ini dia detektif cilik kita, selamat datang!,” sambut paman Susno.
Rio kebingungan.
“Rio, info yang kamu berikan telah membantu kepolisian bahkan masyarakat untuk memerangi Narkoba. Ingat tentang pemulung yang kamu bicarakan minggu lalu?” paman Susno berusaha menjelaskan situasi pada Rio.
Rio hanya mengangguk, tapi masih belum tahu maksud pamannya.
“Dia adalah kurir dari sebuah bandar narkoba, dan akhirnya dari sana kepolisian berhasil menggulung bandar narkobanya. Kamu tahu rumah besar itu adalah pabrik narkoba,” jelas paman Susno. Rio mulai menangkap apa maksud paman Susno, dia memang menduga ada yang aneh dari pemulung itu, tapi bandar narkoba? Rio tidak pernah berpikir sampai ke sana.
“Selamat Rio, ini ada ucapan terima kasih dari kepolisian dan secara tidak langsung kamu membantu masyarakat sekitar dalam menjaga lingkungannya, karena berkat kejelianmu sebuah pabrik narkoba berhasil kita gulung, dan banyak orang yang terselamatkan dari bahaya narkoba,” ucap Polisi yang satunya bersama dengan paman Susno sambil menyerahkan ijazah khusus partisipasi Rio juga sebuah tabungan pendidikan untuk Rio.
Rio menerima hadiah itu dengan bangga. Paman Susno bersama polisi yang lainnya menyalami Rio, Mama juga bangga pada Rio. Rio berjanji dia akan selalu menjaga lingkungannya dan kalau melihat sesuatu yang mencurigakan akan segera dia laporkan pada pamannya, eh Polisi maksudnya. Kalian juga kan?

0 komentar:

Posting Komentar