OLEH: Latif Pungkasniar
Maria adalah anak yang periang, tubuhnya mungil dengan wajah yang manis. Maria kini masih duduk dikelas 3 SD. Karena dibesarkan dengan penuh kasih sayang maka Maria tumbuh menjadi gadis kecil yang berhati lembut. Karena periang dan berhati lembut maria disukai banyak orang dan mempunyai banyak teman.
Akan tetapi seperti kebanyakan anak-anak lainnya, Maria tidak begitu suka makan sayuran. Hobi maria hanya memakan mie instan dan makanan kecil buatan ibunya. Sudah berkali-kali Ibunya menasihatinya agar makan banyak sayur agar badannya sehat dan kuat. Akan tetapi Maria tetap saja tidak suka makan sayur. Untung Ibu Maria orang yang cerdas sehingga dia tetap menyusupkan sayuran kedalam makanan kecil yang dibuatnya. Akan tetapi jika Maria mengetahui hal itu maka dia akan segera ngambek.
“Puih… ada rasa aneh di risoles buatan Ibu,” Sambil mengeluarkan makanan yang dikunyah, Maria berkata pada Ibunya.
“Ada apa, Sayang?” Ibu Maria datang menghampiri anaknya.
“Risoles ibu ada rasa yang tidak enak. Pasti sayur!” Maria mengerutu.
“Itu wortel Nak,” ucap Ibu
“Wortel juga sayur kan bu?” Maria bertanya kepada Ibunya.
“Iya Nak, tetapi sayur itu baik buat tubuhmu, membuat sehat dan kuat,” beliau menjawab dengan tersenyum. Dan Maria kembali ngambek.
Kejadian seperti itu terulang dan terus berulang. Maria tetap tidak suka dengan sayur dan ibunya tetap berusaha membuat pengertian dan sesekali menyusupkan sayuran-sayuran kecil dalam makanan kecil yang dibuatkannya untuk Maria.
###
Suatu siang, Maria menonton acara televisi bersama ibunya. Pada kanan atas ada sebuah label BO atau bimbingan orangtua. Maka Ibu Maria mendampingi anaknya menonton acara tersebut.
Tayangan televisi kali itu adalah kisah seorang anak kecil yang bernama Hasti yang membantu orangtuanya bekerja di ladang wortel. Anak kecil itu bercerita dia membantu kedua orangtuanya di ladang untuk membayar biaya sekolahnya. Tidak hanya bekerja membantu merawat tanaman wortel, akan tetapi dalam tayangan itu Hasti juga ikut membantu menjual wortel itu di pinggiran jalan. Dan mungkin bukan nasib yang baik untuk Hasti karena sampai sore, tak ada satupun wortel yang terjual.
Maria memerhatikan tayangan tersebut dengan seksama, sedangkan Ibunya berdiam diri disebelah Maria, sambil sesekali memperhatikan wajah anaknya yang dengan serius memperhatikan tayangan televise tersebut.
“Kasian Hasti ya bu...” ucap maria tiba-tiba.
“Memangnya kenapa Nak?” Ibunya membalas bertanya.
“Wortelnya tidak laku,” ucap Maria lagi.
“Yaaa… kan banyak anak kecil yang zaman sekarang tidak suka makan wortel,” Ibu Maria menjawab dengan tersenyum.
“Seperti Maria ya bu?” maria bertanya, seperti bersalah.
“Siapa yang bilang? Mulai sekarang Maria kan suka makan wortel?” ucap ibu sambil mengelus rambut anaknya.
“Biar Hasti bisa sekolah ya bu?”
“Iya, biar hasti bisa sekolah.”
Mulai saat itu Maria mulai senang makan wortel awalnya dia tidak terbiasa akan tetapi lama kelamaan Maria mulai mengemari wortel. Akan tetapi hanya wortel. Sampai suatu siang Maria ditanya oleh Ibunya.
“Kenapa Maria hanya makan wortel? Tidak dengan sayuran yang lain?”
“Kan Hasti biar bisa sekolah bu,” jawab Maria lugu.
Tidak kekurangan akal ibupun menimpali “Lalu bagai mana dengan Azwar yang menanam bayam, Anna yang bertani kubis, Anin yang menjual lombok, Ismi yang menanam kangkung? Kan mereka semua juga menanam sayuran untuk sekolah Nak?”
“Ada anak-anak yang lain juga ternyata ya Bu?” Tanya Maria lugu.
“Iya…”
“Berarti aku mau makan sayur agar teman-temanku yang menanam sayuran bisa bersekolah sepertiku.” Ucap Maria mantap.
Dan mulai saat itu Maria gemar memakan sayur.
Kamis, 17 Juni 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar