Pages

Kamis, 17 Juni 2010

From zero to HERO

OLEH: Aan Diang F. Aji

Di suatu desa kecil yang kumuh hiduplah sebuah keluarga kecil yang terdiri dari Ibu dan 4 anak, sang kepala rumah tangga, ayah, meninggal 2 tahun yang lalu karena sakit keras. Keluarga tersebut sebenarnya cukup terpandang ketika ayah masih memiliki usaha pertokoan, tapi semuanya berantakan dan hilang akibat salah satu staf ayah, akhirnya mengalami kebangkrutan dan banyak hutang untuk menutupi kerugian ayah menjual rumah satu-satunya itu.
Kematian ayah membuat sedih ibu dan anak-anak yang ditinggalkan. Tapi ibu menanamkan semangat untuk terus maju manjalani hidup kepada anak-anaknya. Anak pertama bernama Yoga berumur 11 tahun, Roni 9 tahun, Rico 7 tahun, dan Luna 5 tahun. Ibu bekerja keras disebuah pabrik untuk memenuhi kebutuhan keluarga, gaji yang diterima Ibu tidak terlalu besar kadang kurang untuk membayar uang sekolah anak-anaknya. Yoga, sebagai anak pertama pun ikut membantu Ibu mencari uang.
Setiap pagi, Yoga selalu mengantar koran berkeliling dari satu rumah ke rumah lain, tak hanya itu pulang sekolah pun Yoga menyempatkan untuk bantu-bantu di kedai makan milik tetangganya. Keseharian Yoga dilalui dengan berat tapi dia tetap tegar menghadapinya. Di sekolah Yoga kurang begitu pandai karena kesempatan belajar yang kurang akibat jarang belajar, tapi Yoga sangat piawai dalam hal olahraga, sepak bola, disekolahnya Yoga banyak mendapatkan gelar juara daerah dan beasiswa, oleh karena itu adik-adiknya bisa sekolah ditempat Yoga sekolah juga tanpa membayar uang tahunan.
Yoga selalu berlatih sepak bola dengan keras utnuk mempersiapkan diri menuju kejuaraan nasional. Sekolah nya bergantung pada nya untuk memenangkan gelar Juara Nasional yang belum pernah dia dapatkan.
“malam semunya” sapa Yoga pada Ibu dan ketiga adiknya
“malam” jawab mereka bersahutan
“kakak bawa makanan dari kedai paman, cepat dimakan yaa” sahut Yoga
“Yoga apa yang sedangkamu pikirkan?” tanya Ibu melihat Yoga termenung
“Kejuaraan Nasional segera dimulai, Bu.” Jawab Yoga sopan
“ooo iya sudah, yang penting jangan lupa istirahat” kata Ibu
Kejuaraan Nasional yang diikuti oleh 24 juara-juara daerah dimulai. Banyak tim hebat yang hadir dan pemain-pemain hebat bermunculan. Teriak kemenangan dan duka menyelimuti suasana akhir pertandingan, banyak tim yang gugur karena hanya akan ada satu juara, juara di partai pamungkas, JUARA NASIONAL.
Sekolah Yoga memulai pertandingan semifinal, setelah melewati pertandingan kualifikasi yang cukup ketat, akhirnya dimulai. Sorak sorai penonton bergemuruh ketika peluit pertama ditiupkan.
“Ayo Yoga cetak GOOOOOLLLL sebanyak-banyaknya” kata paman, yang sengaja menutup kedai makannya untuk melihat pertandingaan Yoga.
Pertandingan sangat seru, kedua tim saling serang untuk meraih jatah satu tiket final. Peluit akhir pertandingan 2x45 menit ditiup panjang dengan kedudukan 1-0. Sekolah Yoga berhak melaju ke partai puncak.
“pertandingan yang bagus, selamat ya Yoga, tim sekolah mu berhasil melaju final” sapa salah satu penonton
“iya, terima kasih, bapak siapa?” tanya Yoga
“saya adalah pemandu dan pencari bakat, Mr. Marwan” jawab bapak itu
“kami harap Yoga bisa bergabung dengan sekolah kami”
“O’ iya pak terima kasih tawaran nya, saya akan pertimbangkan dengan Ibu” kata Yoga
Setelah selesai latihan untuk menyiapkan partai final. Yoga terlihat agak lesu memikirkan tawaran dari Mr. Marwan.
“kenapa Yog, kok lesu?” tanya Ibu
“ada tawaran dari pemandu bakat, bu” jawab Yoga
“Waaa bagus itu, terima saja kalo itu baik untuk kamu” kata Ibu
“beneran bu? Maksih yaaa” sahut Yoga
Partai puncak segera dilmulai, diawali dengan parade sebelum pertandingan menambah semarak dan kualitas partai tersebut. Kedua tim berjabat tangan. Dan pertandingan dimulai. Yoga dan teman-temannya saling bekerjasama untuk membobol gawang lawan, terus menyerang membuat gawang tim Yoga malah kebobolan.
“GGGOOOOOOOOLLLLLL” untuk kesebelasan musuh Yoga
Semangat Yoga semakin terbakar untuk membalas gol yang dicetak tim lawan. Terus menyerang adalah jalan satu-satu nya, karena waktu hamper habis menyisakan 5menit waktu berakhir. Lewat serangan balik yang cepat Yoga berhasil menyarangkan bola ke gawang lawan
“GOOOLLL….GOOOLLLL” untuk kesebelasan Yoga
2 menit sebelum peluit berakhir tim Yoga mendapat sepakan pojok, mereka tidak menyia-nyiakan kesempatan itu, bahkan kiper Yoga juga ikut membantu penyerangan. Semua pemain berkumpul didepan gawang. Bola melambung tinggi semua pemain berebut bola didepan gawang. Bola liar dan berhenti di kaki Yoga, dia menendang bola sekencang-kencangnya.
“GGGGGGGOOOOOLLLLLL”
“GOOOOLLL….GOOOOLLLL” untuk kesebelasan Yoga
Peluit panjang ditiup “PPPPPRRRRRIIIIITTTT……..” tim Yoga memenangkan kejuaraan Nasional. Selesai pertandingan Mr. Marwan kembali menemui Yoga.
“selamat Yoga tim mu meraih juara Nasional, bagaiman tawaran kami?” kata Mr. Marwan
“iya pak, saya menerima tawaran tim bapak” jawab Yoga
“baiklah Yoga, saya akan mempersiapkan semuanya untuk mu” sahut Mr. Marwan
Setelah lama tak menikmati gelar Nasional, akhirnya dengan kerja keras dan semangat tinggi tim Yoga berhasil mengangkat trofi juara Nasional. Beserta Ibu dan adik-adiknya Yoga pindah ke kota, mendapat sekolah yang berkualitas untuk menunjang karier bolanya dan memberikan kehidupan sekolah yang layak untuk adik-adiknya dari tunjangan yang diberikan tim sekolah Yoga yang baru.

0 komentar:

Posting Komentar