Pages

Kamis, 17 Juni 2010

Jangan Malu Bertanya

OLEH: Daniar Ifda F.S


TK Nurul Ikhlas, tempat Dinda bersekolah menyediakan fasilitas antar-jemput. Tapi untuk hari ini, Dinda tidak pulang bersama teman-temannya karena ayah dan bunda menjemput Dinda ke sekolah. Awalnya Dinda sedih karena tidak bisa ikut mengantar teman-temannya pulang. Tapi setelah mengetahui kalau ayah dan bunda akan mengajaknya pergi belanja, Dinda pun bersorak bahagia. Dinda memang menunggu hari ini karena ayah dan bunda sudah berjanjji akan membelikannya boneka Barbie kalau nilai rapornya bagus. Setelah selesai mengganti seragam sekolahnya dengan baju yang dibawakan bunda, mereka pun pergi meninggalkan sekolah.
“Dinda masih mau boneka Barbie?” Tanya bunda setelah mobil mereka sampai ke pusat pembelajaan yang dituju. Dinda mengangguk. “Kalau gitu, Dinda jangan jauh-jauh dari bunda, ya?”
“Ya..” jawab Dinda yang disertai dengan anggukan.
Setelah ayah selesai memarkir mobil, mereka kan pun masuk. Tempat yang pertama kali dituju adalah tempat boneka Barbie. Menurut ayah, lebih baik Dinda dibelikan boneka dulu sebelum ikut bunda belanja kebutuhan rumah. Siapa tau karena sudah mendapatkan boneka Dinda bisa anteng dan tetap bersama bunda. Dinda adalah anak yang aktif. Guru-guru di TK Nurul Ikhlas sempat mengeluh kepada bunda karena sikap Dinda yang tidak bisa duduk tenang dan mengganggu teman-temannya yang belajar. Oleh karena itulah, Dinda jarang diajak pergi belanja kalau bunda hanya pergi sendiri.
“Terima kasih ya ayah.. terima kasih ya bunda” ucap Dinda sambil mencium pipi kedua orang tuanya. Boneka Barbie berambut pink dengan gaun layaknya Putri Duyung berwarna ungu sudah ada dipelukan Dinda. Dinda sangat senang mendapatkan boneka Barbie seperti yang diinginkannya.
“Bunda, nanti Dinda bolehkan ajak mbak Aning main boneka Barbie ini?” Tanya Dinda yang saat ini berjalan di belakang bunda. Biasanya bunda mendudukkan Dinda di troly. Ini bunda lakukan supaya Dinda tidak bisa berlari-lari sesuka hatinya, tapi karena hari ini bunda belanja banyak, jadi Dinda tidak bisa duduk di troly. Tentulah Dinda gembira, mengetahui dirinya tidak perlu duduk di troly yang sempit itu.
“Boleh sayang… tapi sepulang dari sini Dinda bobo siang dulu. Nanti setelah Dinda bangun, bunda anter ke rumah mbak Aning ya?!”
“Tapi Dinda pengen main sama mbak Aning sekarang!!” rengek Dinda sambil menghentak-hentakkan kakinya.
“Mbak Aning juga setelah bobo siang baru dibolehin main sama Bude Lis” bunda terus berusaha memberi pengertian kepada Dinda. Akhirnya, perjanjian itu pun disetujui Dinda, asalkan bundanya mau memberikannya ice crime strawberry kesukaannya.
Saat itu, bunda sedang sibuk memilih lap tangan yang bermotif lucu-lucu. Dinda yang merasa bosan memilih untuk duduk di lantai dan kembali bermain dengan boneka barunya. Tidak berselang lama, datanglah sepasang suami istri bule dengan anak perempuan yang lebih kecil dari Dinda. Melihat boneka Barbie yang dibawa Dinda, anak kecil itu pun merasa tertarik. Tetapi mungkin karena merasa berbeda dengan Dinda (melihat rambut Dinda yang hitam dan rambutnya yang pirang) anak kecil itu hanya memperhatikan Dinda dari balik kaki orang tuanya. Dinda yang menyadari hal itu, mencoba mengajak anak kecil itu bermain. Lalu mereka pun asik bermain ci luk ba.
Setelah mendapatkan apa yang mereka cari, akhirnya sepasang suami istri bule itu pun pergi dari situ beserta anak kecil berambut pirang tersebut. Dinda pun bangun dari tempat duduknya. Tapi ternyata bunda sudah ada di dekatnya. Dinda mencoba mencari di blok sebelahnya, tapi bunda tidak ada di sana. “Dinda tersesat..” kata-kata itu keluar dari bibir mungilnya. Dinda teringat akan cerita yang diceritakan bu guru Lia kemaren. Aku Tidak Takut Tersesat, begitu judul buku itu. Untunglah Dinda masih ingat poin yang diberikan bu guru Lia setelah selesai membacakan cerita itu.
1. Jangan meninggalkan tempatmu karena ayah atau bunda akan lebih mudah menemukanmu.
2. Jangan ikut dengan orang asing.
3. Mencari Pak Satpam.
4. Memeberitahukan identitas.
Mengingat poin yang pertama. Dinda pun kembali ke tempatnya semula sambil memperhatikan orang-orang yang berlalu lalang. Tiba-tiba seorang bapak berkumis tebal mendekati Dinda. “Adik kecil kok sendirian, ibunya mana?” Tanya laki-laki berkumis itu. Dinda hanya menggeleng. “Ikut om yuk!! Kita cari ibu bareng-bareng.” Ajak laki-laki itu sembari menyodorkan permen berbentuk kepala Mikey Mouse. “Nggak! Dinda mau nunggu bunda di sini aja.” Tolak Dinda sambil mendekap erat boneka Barbienya. Meskipun sebenarnya Dinda tertarik dengan permen yang disodorkan bapak berkumis itu. Tapi Dinda ingat dengan pesan bunda yang selalu dikatakan bunda setiap kali Dinda hendak berangkat ke sekolah “Dinda, di sekolah jangan nakal ya.. Nurut sama bu guru, baik sama teman. Dan.. jangan menerima pemberian dari orang asing, apalagi sampai pergi sama orang asing.”
“Kalau Dinda ikut sama orang asing, nanti Dinda nggak bisa ketemu bunda lagi. Orang asing itu orang yang tidak Dinda kenal.” gumam Dinda.
Cukup lama Dinda berdiri di situ. Sampai akhirnya, sebuah pintu yang tidak jauh dari Dinda terbuka. Keluarlah seorang laki-laki memakai baju putih dan celana hitam panjang dengan sepatu hitam yang besar, mengingatkan Dinda pada gambar Pak Satpam yang ada di buku cerita. Dinda pun mendekati laki-laki tersebut. “Pak Satpam!” panggil Dinda. Laki-laki yang dipanggil Pak Satpam itu pun menoleh. “Ada apa adik manis..” jawab Pak Satpam yang sekarang sudah berjongkok di depan Dinda. “Nama saya Dinda Pak. Dinda sekolah di TK Nurul Ikhlas kelas B. Dinda ke sini bareng ayah sama bunda. Tapi Dinda nggak tau ayah sama bunda sekarang di mana.” Lalu Dinda pun menceritakan kronologis kejadian yang membuat dia terpisah dengan bundanya. Mengerti dengan maksud cerita Dinda. Pak Satpam itu pun membawa Dinda ke bagian informasi.
Setengah jam berlalu. Belanjaan di troly bunda pun sudah menumpuk. Sebelum ke kasir bunda mampir ke tempat buah-buah. “Dinda mau strawberry?” Tanya bunda sambil membawa sekotak strawberry yang hendak ditunjukkan ke Dinda. Dan betapa terkejutnya bunda ketika menyadari Dinda sudah tidak lagi berada di belakangnya. Bunda pun panik. Tanpa pikir panjang bunda langsung menelpon ayah sambil terus berjalan ke sana ke mari sambil memanggil-manggil nama Dinda. Lima menit kemudian ayah datang. Bersama ayah, bunda mencari Dinda ke tempat yang sekiranya Dinda datangi. Dicari di tempat mainan Dinda tidak ada, di tempat makanan Dinda juga tidak ada. Bunda semakin panik. Bunda pun menangis.
“Bagi bapak Surya Adi Putra dan ibu Riana Ambarwati ditunggu anaknya di ruang informasi.”
“Bunda, itu pasti Dinda.” Kata ayah.
“Sekali lagi. Bagi bapak Surya Adi Putra dan ibu Riana Ambarwati ditunggu anaknya di ruang informasi.”
Dengan langkah tergesa-gesa, sepasang suami istri itu pun berjalan menuju ruang informasi. Sesampainya di sana, ditemukannya Dinda yang sedang asik mengobrol dengan Pak Satpam. Bunda mendekap Dinda erat. Dengan ceriwisnya Dinda menceritakan pengalamannya hari ini kepada orang tuanya.
“Dinda, anak yang pintar.” Kata Pak Satpam setelah Dinda selesai bercerita. Ayah membelai rambut Dinda bangga.








Di awal pagi, 21 April 2010

0 komentar:

Posting Komentar